Welcome!

I am John Doe Web Designer Photography

View Work Hire Me!

About Me

Web Design
Branding
Development
Who am i

John Doe.

Professional Web Designer

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat condimentum velit class aptent taciti sociosqu ad litora.

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat condimentum velit class aptent taciti sociosqu ad litora torquent metus metus ullamcorper vel tincidunt sed class aptent taciti sociosqu ad litora .

Services

Web Design

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Development

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Branding

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Marketing

Nulla metus metus ullamcorper vel tincidunt sed euismod nibh Quisque volutpat

Our Blog

Penyakit Viral Ternak Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)

  INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR)

Sinonim : Rhinotracheitis Infectiousa Bovis, Infectious Bovine Necrotic

Rhinotracheitis, Necrotic Rhinitis, Red Nose Disease, Bovine Coital Exanthema.


A.  PENDAHULUAN

IBR dan IPV adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang

dapat menyerang alat pernafasan bagian atas dan alat reproduksi. Virus

penyebab sama, tetapi penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda.

Penyakit ini boleh dikatakan hampir menyebar di seluruh dunia.

Di Amerika dan Eropa penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi

cukup berarti. Kerugian terutama akibat adanya infeksi sekunder yang dapat

menyebabkan pneumonia, keguguran dan kematian pada anak sapi.

B.  ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah bovine herpesvirus-1 yang termasuk famili

Herpesviridae, subfamili Alphaherpesviridae. Genom virus berupa double

stranded deoxyribonucleic acid (ds-DNA), dengan berat molekul 29.000-250.000.

Virus herpes berbentuk kuboid simetri dengan kapsid icosahedral, diameter 100-

150 μm.

(Sumber : http://homepage.usask.ca/~vim458/virology/studpages2009/

VirusWebsite/ibr_virus.jpg)

C.  EPIDEMIOLOGI

1.     Sifat Alami Agen

Pada pH 7,0 virus ini stabil, pada temperatur 4°C selama 30 hari titer virus

tidak mengalami penurunan, pada temperatur 22°C selama 5 hari titernya

turun 1 log. Virus dapat di inaktif segera setelah dicampur dengan alkohol,

aceton atau chloroform dengan perbandingan suspensi virus yang sama.

Virus IBR ini mempunyai macam -macam strain dengan sedikit perbedaan

antigenesitas.

2.     Spesies rentan

Selain pada sapi dan kerbau, penyakit ini dijumpai pula pada babi, kambing,

bagal dan rusa juga peka terhadap infeksi ini. Antibodi IBR pernah dideteksi

pula pada antelope di Kanada bagian barat.

Di Afrika virus IBR juga pernah diisolasi dari hewan liar. Hal ini menunjukkan

bahwa hewan liar mungkin dapat menjadi reservoir penyakit ini.

3.     Pengaruh Lingkungan

Wabah penyakit mencapai puncak pada minggu kedua sampai ketiga dan

berakhir pada minggu keempat sampai keenam. Virus dapat hidup dalam

tubuh hewan selama 17 bulan dan pada saat tertentu dapat menimbulkan

wabah.

4.     Sifat Penyakit

Manifestasi klinis dari penyakit ini sangat bervariasi, tergantung derajat

keparahan organ terinfeksi. Penyakit dapat berupa bentuk pernafasan,

konjungtival, genital dan keguguran, serta ensefalitik dan neonatal. Penyakit

ini dapat menimbulkan infeksi sekunder berupa broncho pneumonia,

keguguran dan kematian pada anak sapi. Morbiditas berkisar antara 30-90%

dan mortalitas kurang dari 3%. Sapi yang sembuh dan infeksi alami menjadi

kebal dalam waktu yang lama. Kekebalan secara pasif yang diperoleh pedet

dari kolostrum dapat menimbulkan kekebalan kurang Iebih empat bulan.

5.     Cara Penularan

Penularan penyakit dapat secara vertikal dan horisontal. Secara vertikal dapat

melalui infeksi intra uterin, sedangkan horisontal dapat melalui inhalasi dari

cairan hidung yang mengandung virus atau melalui semen yang tercemar.6.     Kejadian di Indonesia

Kejadian penyakit di Indonesia telah banyak ditemukan, dan virus

pernah diisolasi dan seekor kerbau yang berasal dari daerah/kecamatan

Blangkejeren, Kabupaten Aceh Tenggara. Reaktor pada sapi dan kerbau

pernah dilaporkandi Sumatera Utara, Jawa, Lombok, Sumbawa dan Timor.

Zat kebal terhadap virus IBR telah ditemukan hampir di semua daerah di

Indonesia.

D.  PENGENALAN PENYAKIT

1.     Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit ini sangat bervariasi dan dapat

dibedakan menjadi beberapa bentuk.

a. Bentuk Pernafasan

Bentuk pernafasan merupakan bentuk terpenting dari segi lokalisasi

virus. Gejala yang muncul antara lain, kenaikan suhu tubuh sampai

42ºC, lesu, hipersalivasi, lakrimasi dan adanya edema pada konjungtiva.

Pada sapi laktasi produksi susu turun dengan drastis atau terhenti sama

sekali. Radang dapat ditemukan pada hidung, sinus dan tenggorokan.

Mukosa hidung tampak hiperemik, ingus bersifat fi birinomukoid atau

purulen dan mukosa di bawahnya sering mengalami nekrosis. Jika kerak

mengelupas, maka akan timbul “red nose”. Bentuk pernafasan juga bisa

mengakibatkan keguguran pada hewan yang bunting. Keguguran sering

terjadi pada trimester terakhir.

b. Bentuk konjungtival

Gejala edema kornea dan konjungtiva akan menghasilkan eksudat

yang bersifat serous sampai mukopurulen. Bentuk radang difterik pada

konjungtiva dapat dijumpai pada penderita yang parah. Bentuk ini juga

sering disebut “winter pink eye”.

c. Bentuk ensefalitik

Bentuk ini sering didapatkan pada anak sapi umur 2-3 bulan.Timbulnya

meningoensefalitis dapat dikarenakan adanya perkembangbiakan virus

pada otak. Gejala yang timbul dapat berupa depresi, gelisah, konvulsi,

hiperestesi, eksitasi , inkoordinasi dan kebutaan.

d. Bentuk genital dan keguguran

Infeksi virus pada mukosa vagina dan vulva menyebabkan penyakit ini

dikenal dengan Infectious Pustular Vulvovaginitis (IPV). Pada sapi jantan

virus menginfeksi alat kelamin jantan, sehingga disebut balanopostitis.

Infeksi akut terjadi 1-3 hari pasca koitus, dengan gejala bervariasi. Pada

infeksi yang berat sapi memperlihatkan gelisah, rasa sakit dan sering kencing, vulva membengkak disertai adanya eksudat yang kental melekat

pada rambut vulva. Pada hewan bunting, keguguran dapat terjadi pada

trimester terakhir. Pada sapi jantan dijumpai luka pada preputium disertai

adanya reaksi peradangan dan eksudat yang kental. Virus banyak

ditemukan pada hati dan ginjal janin yang diabortuskan.

e. Bentuk neonatal

Infeksi ini biasanya dimulai ketika pedet masih dalam kandungan.

Gejala umum adalah demam, anoreksia, depresi, dipsnoea, keluarnya

eksudat serous dari mata, serta diare yang persisten.




Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Halo! My name is Nur Sabrina Zahratun Nisa, biasa dipanggil Sabrina klo ga Ara tapi ketika kuliah sekarang lebih sering dipanggil "sabi" sama "ra" biar ringkas. Blog yang berisi materi tentang dunia peternakan karena sendernya sendiri kuliah jurusan peternakan di salah satu perguruan tinggi dan berisi materi berhubungan dengan persiapan tes TOEFL. Bercita-cita kuliah S2 ke luar negeri dengan beasiswa dan bisa ikut pertukaran pelajar selama menjadi mahasiswa~ Doakan perjalanan sender lancar-lancar yaa^^